Ujian akan menghadirkan sikap baik dan buruk agar manusia bisa belajar dari sifat buruk tersebut, untuk meningkatkan amal shalehnya, dan menghindari keburukan agar tidak rugi dalam kehidupan.
Baik (Tagwa) VS Buruk (Nafsu)
Baik dan buruk sifat yang akan selalu disandingkan dan dipasangkan, bahkan jumlah pembisik sifat baik dan buruk juga sama. Maka apabila Allah menciptakan sifat-sifat baik maka kita akan temukan lawan-lawan sifat tersebut. contohnya: jujur vs dusta, sabar vs marah, tawadu vs sombong.
Rumus utamanya
Sifat buruk awalnya diciptakan Allah bukan supaya manusia memliki perilaku buruk, dan Allah tidak memiliki niat agar manusia memiliki sifat buruk. Tetapi Allah menciptkan sifat buruk tersebut agar salah satunya sebagai katalis atau reaksi agar sifat-sifat baik muncul dan terlihat.
Semakin kita melihat yang buruk-buruk, maka jangan lakukan hal yang sama tetapi sebaliknya cari lawan baiknya untuk dimunculkan. contohnya: melihat orang marah, sifat tersebut bukan dititipkan kepada orang itu agar menjadi memiliki sifat buruk, namun supaya Allah menguji agar menaikkan kesabaran pada diri kita. Sifat marah tersebut merupakan ujian dari Allah SWT agar kesabaran dalam diri kita muncul. Contohnya, pada saat ada kejadian dusta, maka kejujuran diri kita di tempa agar kita melakukan kejujuran. Hakikatnya ujian yang hadir pada saat itu supaya kita ke depan akan lebih kuat dalam menghadapi ujian yang lebih besar.
Pelajaran terbesarnya adalah, apabila disekitar kita terlihat hal-hal yang kurang baik, maka Allah SWT menginginkan hal-hal yang baik pada diri kita. Kesimpulannya, apabila banyak hal-hal buruk yang ada disekitar kita menandakan bahwa masih banyak hal-hal baik yang belum kita munculkan. Apabila Allah SWT sudah mengeluarkan hal-hal buruk sampai saat ini, dan kita belum berubah untuk melakukan kebaikan. Maka sampai kapan Allah akan memunculkan keburukan-keburukan yang lebih banyak lagi??
Hukum mendoakan keburukan
Surat Ali Imran (93): 128
لَيْسَ لَكَ مِنَ ٱلْأَمْرِ شَىْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَٰلِمُونَ
Artinya: Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 128.
Tatkala Rasulullah mendoakan agar para pemimpin orang-orang musyrik binasa setelah apa yang mereka lakukan dalam perang Uhud, Allah berfirman kepadanya, “Engkau tidak berhak mengatur urusan mereka, karena itu adalah urusan Allah. Maka bersabarlah sampai Allah memberikan keputusan di antara kalian, atau membimbing mereka untuk bertaubat dan memeluk agama Islam, atau mereka terus mempertahankan kekafiran sehingga Allah menimpakan azab kepada mereka, karena mereka adalah orang-orang zalim yang pantas mendapatkan azab.”
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 128.
Hai Rasulullah, kamu tidak memiliki kuasa dalam urusan para makhluk melainkan untuk melaksanakan perintahku terhadap mereka. Segala urusan mereka berada di tangan Allah, bisa jadi Allah menerima taubat mereka yang bertaubat, atau menyiksa mereka akibat kekafiran yang mereka perbuat sebab mereka adalah orang-orang yang zalim.
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah 128.
لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَىْءٌ (Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu) Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim bahwa gigi seri Rasulullah pecah pada perang Uhud, dan terluka di wajahnya hingga mengalir darah darinya. Lalu Beliau bersabda: bagaimana mungkin sebuah kaum akan beruntung jika mereka melakukan hal ini kepada Nabi mereka padahal dia menyeru kepada Tuhan mereka. Maka turunlah ayat ini. Dan dari Imam Bukhari dan Muslim juga dari Ibnu Umar ia berkata: Rasulullah bersabda pada perang Uhud: “Ya Allah laknatlah Abu Sufyan, Ya Allah laknatlah Harist Bin Hisyam, Ya Allah laknatlah Suhail bin Amr”. Lalu turunlah ayat ini. Dan kemudian urusan mereka telah berubah menjadi Islam. Alhamdulillah. Makna dari ayat ini adalah bahwa Allah lah pemilik urusan mereka, Dia memperlakukan mereka dengan apa yang dikehendaki-Nya baik itu membinasakan mereka, membuat mereka kalah, menerima taubat mereka bila masuk Islam, atau mengazab mereka. أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ (atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka) Dalam potongan ayat ini terdapat isyarat bahwa kaum Quraisy akan menjadi kaum yang beriman.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah 128
Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu wahai Nabi, semua ada pada kehendak Allah. Allah membinasakan mereka atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena atas kekufuran mereka dengan kehendak-Nya. Sesungguhnya mereka itu berhak menerika siksa jika mereka tidak mau beriman. Ini adalah sindiran atas keimanan suku Quraisy. Anas berkata sesungguhnya Nabi terluka seperempat tubuhnya, kepalanya terluka sampai darah mengalir di wajahnya. Maka nabi berkata: Bagaimana suatu kaum bisa menang dengan melakukan seperti ini kepada Nabi mereka, seraya Nabi berdoa untuk mereka kepada Allah. Maka Allah menurunkan ayat ini. Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah Engkau tidak mempunyai hak sedikit jua pun dari urusan itu; Allah beri taubat atas maupun mereka ataupun la siksa mereka, lantaran mereka itu orang-orang yang zhalim.)
An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi 128.
Ketika Nabi tertimpa musibah pada perang Uhud hingga gigi depan beliau patah, kepala beliau terluka, belau berkata, ”Bagaimana mungkin akan beruntung suatu kaum yang telah melukai wajah nabi mereka dan memecahkan giginya..” Maka Allah menurunkan ayat di atas, dan menjelaskan bahwa segala urusan itu milik Allah dan bahwa Rasululloh tidak memiliki wewenang sedikitpun, karena beliau hanyalah seorang hamba dari hamba-hamba Allah, sedang mereka semua sedang berada di bawah penghambaan Rabb, mereka itu adalah yang diatur, bukan yang mengatur. Dan mereka yang telah engkau doakan keburukan wahai Rasul, atau yang telah engkau mustahilkan mendapat petunjuk dan keberuntungan, bila Allah menghendaki, niscaya Dia mengampuni mereka dan memberi mereka taufik ke dalam islam, dan itu telah dilakukan olehnya, diapun akan menyiksa mereka karena mereka adalah orang-orang yang zhalim yang berhak mendapatkan hukuman dan siksaan dari Allah.
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
Ayat ini turun ketika perang Uhud Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam terluka, gigi Beliau pecah dan wajah Beliau terluka, maka Beliau berkata, "Bagaimana suatu kaum yang melukai wajah nabi mereka dan memecahkan giginya akan beruntung?" (sebagaimana dalam Shahih Muslim). Beliau kemudian mendoakan kebinasaan kepada tokoh-tokoh orang musyrik seperti Abu Sufyan bin Harb, Shafwan bin Umayyah, Suhail bin 'Amr dan Harits bin Hisyam, maka turunlah ayat ini yang melarang Beliau mendoakan laknat kepada mereka dan dijauhkan dari rahmat Allah. Menurut hadits Anas yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendoakan keburukan selama tiga puluh hari di waktu Subuh kepada mereka yang membunuh beberapa orang di Bi'ruma'unah. Beliau mendoakan keburukan kepada suku Ri'il, Dzakwan, Lihyan, dan 'Ushayyah yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Anas berkata, "Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat yang kami baca berkenaan mereka yang membunuh beberapa orang di Bi'ruma'unah, kemudian dimansukh setelahnya. Mereka (yang mati syahid) menyampaikan, "Sampaikanlah kepada kaum kami, bahwa kami telah bertemu Tuhan kami, Dia ridha kepada kami dan kami pun ridha kepada-Nya." Ayat di atas bisa turun berkenaan semua itu karena mungkin turunnya tidak segera, dan antara masing-masing kisah tidak berjauhan terjadinya sehingga mencakup semua itu. Kewajibanmu hanyalah menyampaikan, membimbing manusia dan memberitahukan hal yang bermaslahat bagi mereka. Adapun yang demikian adalah urusan Allah, oleh karena itu bersabarlah. Jika hikmah (kebijaksanaan) Allah dan rahmat-Nya menghendaki, bisa saja Dia menerima tobat mereka dan menjadikan mereka masuk Islam, dan jika hikmah-Nya menghendaki, bisa saja membiarkan mereka di atas kekafiran sehingga mereka akan mendapat siksa. Hal ini menunjukkan keadilan Allah dan kebijaksanaan-Nya, di mana Dia meletakkan hukuman pada tempatnya, Dia tidak menzalimi hamba-Nya, tetapi hamba itulah yang menzalimi dirinya sendiri.
Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Kejadian yang menimpa umat islam dalam perang uhud membuat nabi sangat terpukul. Hamzah bin abdul muthalib, paman nabi, gugur, dibelah perutnya dan dikeluarkan hatinya lalu dikunyah oleh hind binti utbah bin rabiah. Rasulullah juga terluka, gigi taringnya patah dan wajahnya berlumuran darah. Rasulullah lalu berdoa kepada Allah agar menghukum sebagian orang kafir, maka Allah menegaskan bahwa hal itu bukan menjadi urusanmu nabi Muhammad, apakah Allah berkehendak mengilhamkan penyesalan bagi mereka lalu mereka bertobat dan Allah menerima tobat mereka, atau mengazabnya atas kekafiran dan kejahatan mereka, karena sesungguhnya mereka orang-orang zalim yang pantas mendapatkan azab. Segala urusan haruslah dikembalikan kepada Allah, karena milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dia mengampuni dosa dan merahmati siapa yang dia kehendaki, dan mengazab siapa yang dia kehendaki yang memang wajar diazab karena perbuatan jahat mereka. Dan Allah maha pengampun bagi orang yang bertobat dan maha penyayang dengan memaafkan dosa orang yang bertobat kepada-Nya.
Allah SWT, dalam ayat dan peristiwa tersebut membimbing rasulullah Muhammad SAW, agar tidak melakukan doa-doa buruk kepada orang-orang yang mendzalimi dan membunuh para tabiin utusannya. Kenapa demikian, karena kelak ke depan akan banyak ujian yang lebih besar pada umatnya dalam menghadapi cobaan-cobaan kehidupan, sehingga harus di munculkan sifat sabar yang lebih besar. Itu adalah contoh, apabila ketika zaman masih ada kenabian, setiap doa dikabulkan, maka setelahnya tidak akan ada contoh untuk saat ini dalam menghadapi suatu kasus cobaan yang sama. Maka pelajaran yang dapat kita petik adalah doakan yang baik-baik pada orang-orang yang berbuat buruk dalam kehidupan kita. Dan janganlah, membalas dengan sifat buruk yang sama. karena, kita yakini bahwa Allah SWT yang akan memberikan petunjuk, hidayah, serta ampunan kepada arang-orang dzalim tersebut, apabila dia telah taubatan nazuha ataupun sebaliknya Allah akan memberikan balasan yang setimpal dengan perbuatannya apabila orang tersebut tidak mau bertobat.
Referensi;
ust. Adi Hidayat
https://tafsirweb.com/1260-quran-surat-ali-imran-ayat-128.html
https://news.detik.com/berita/d-5562236/bacaan-doa-qunut-sholat-subuh-lengkap-arab-latin-dan-terjemahannya