Muhasabah
"Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian (nya). Maka, apakah mereka tidak memikirkan.'' (QS Yaasiin [36]: 68). Bila mengacu pada Rasulullah SAW, beliau wafat di usia 63 tahun, maka dapat dikatakan bahwa umur pertengahan saat dewasa adalah 40 tahun.
''Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga bila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa, 'Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS Al-Ahqaaf [46]: 15)
Betapa penting pencapaian umur 40 tahun itu, jelas tersirat dari ayat di atas. Doa dalam ayat di atas mengandung beberapa permohonan. Diantaranya:
Pertama, adalah perintah untuk bersyukur atas nikmat dan karunia-Nya dan menyayangi kedua orangtua. Berdoa supaya dibimbing untuk mensyukuri nikmat hidup dan kebahagiaan atas nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan kepada kita semua sesuai dengan fungsinya. Karena pada saatnya nanti mata, telinga, hati, pikiran, dan semuanya akan diminta pertanggungjawabannya.
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nur:31)
Diakhiri dengan pernyataan taubat dan berserah diri kepada-Nya. Ayat tersebut juga mengandung perintah agar kita senantiasa berbuat baik kepada orang tua, sekaligus mengingatkan betapa besar pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya. Bakti dan hormat kepada orang tua merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan.
''Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua.'' (HR Hakim).
Kedua, Berdoa agar selalu dibimbing agar dapat beramal saleh dan membimbing anak cucu kita kemudian mendapatkan ridha-Nya. Di dalam QS Ali Imran ayat 113-114, Allah SWT menyebutkan ciri-ciri golongan orang saleh.
لَيْسُوا سَوَاءً ۗ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَٰئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ
"Mereka itu tidak sama. Di antara ahli kitab itu, ada golongan yang berlaku lurus, mereka membacakan ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud. Mereka beriman kepada Allah di hari penghabisan. Mereka menyeru yang makruf dan mencegah yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka itu termasuk orang-orang saleh." Ciri lainnya tertera pada QS al-Ankabut ayat 9:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُدْخِلَنَّهُمْ فِي الصَّالِحِينَ
"Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh benar-benar akan Kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang yang saleh."
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله تعالى عنه: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: إِذَا مَاتَ ابنُ آدم انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
''Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang berdoa kepadanya.'' (HR Muslim).
Ketua Yayasan Madinatul Ilmi Ustaz Muhammad Hisyam Asyiqin, sebagaimana dikutip dari Harian Republika menjelaskan, secara etimologi, kata salih berasal dari shaluha-yashluhu–shalahan yang artinya 'baik', 'tidak rusak', dan 'patut'. Sedangkan, shalih merupakan isim fa'il dari kata tersebut di atas yang berarti 'orang yang baik', 'orang yang tidak rusak', dan 'orang yang patut'.
Menurut definisi Al- Quran yang menukil dari ayat di atas, saleh adalah orang yang senantiasa membaca Alquran pada malam hari, melaksanakan shalat malam (tahajud), beriman, dan beramal saleh, menyuruh kepada kebaikan, mencegah perbuatan munkar, dan bersegera mengerjakan kebajikan.
Ketiga, Sabar dengan cara meningkatkan amalan baik dengan cara tunduk, patuh, dan taqwa pada Allah SWT . QS: Al Furqon: 75
أُو۟لَٰٓئِكَ يُجْزَوْنَ ٱلْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا۟ وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَٰمًا
Artinya : “Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.”
Dikutip dalam tafsir menurut Kementerian Agama RI yang tercantum dalam laman resminya, pada ayat ini Allah menerangkan ganjaran dan karunia yang akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang mempunyai sifat sempurna. Serta akhlak mulia berkat kesabaran dan keuletan mereka dalam mematuhi segala perintah Allah. Kesabaran dan keuletan mereka termasuk melawan hawa nafsu dan menjauhi segala larangan-Nya. Mereka ditempatkan di tempat yang paling mulia dan tinggi dalam surga. Mereka disambut para malaikat dengan salam sebagai penghormatan kepada mereka. Sementara tafsir lain, yaitu Al-Mukhtashar atau Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syekh Dr Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) tercantum dalam laman tafsirweb.com. Pada ayat ini, orang yang memiliki sifat yang telah dikemukakan dari kalangan hamba-hamba Ar-Rahman itu, mereka akan dibalas dengan balasan tempat tinggal tertinggi di surga. Tentunya dengan rahmat Allah dan dikarenakan kesabaran mereka untuk taat. Mereka juga akan disambut di surga dengan penghormatan dan ucapan salam dari malaikat dan menjumpai kehidupan yang baik dan keselamatan dari berbagai gangguan. Mereka kekal abadi di dalamnya tanpa ada kematian. Itu adalah sebaik-baik tempat menetap yang mereka diami dan tempat tinggal yang mereka huni. Mereka tidak mengharapkan pindah dari sana.
Keempat, tobatan nasuha, Dalam QS surat An-Nisa: 17-18 diterangkan bahwa:
"Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang." Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih".
Sebagaimana Allah berfirman tentang Firaun:
حَتَّىٰ إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Hingga bila Firaun itu telah hampir tenggelam, berkatalah dia, 'saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Rabb Yang dipercayai oleh Bani Israil dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”(QS Yunus: 90)
Allah berfirman di sini, "dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan" yaitu kemaksiatan-kemaksiatan selain kekufuran, "hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, sesungguhnya saya bertaubat sekarang, dan tidak pula (diterima taubatnya) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran bagi orang-orang itu telah kami sediakan siksa yang pedih." Kemungkinan maknanya adalah mereka bertaubat sebelum menyaksikan kematian, karena Allah menerima taubat seorang hamba apabila dia bertaubat sebelum ada kepastian bahwa dia akan mati. Sedangkan setelah hadirnya kematian, maka tidaklah akan diterima suatu taubat pun dari pelaku kemaksiatan dan tidak akan diterima pula keimanan dari orang kafir. Yang demikian itu karena taubat dalam kondisi seperti itu adalah taubat yang terpaksa yang tidak berguna bagi pelakunya. Padahal sesungguhnya yang bermanfaat itu hanyalah taubat pilihan atau kesadaran.
Referensi
https://www.republika.co.id/berita/q84cfd320/umur-40-tahun-dan-isyarat-kebijaksanaan-menurut-alquran
https://jabar.inews.id/berita/rahasia-di-balik-usia-40-tahun-dalam-alquran
http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-nisa-ayat-17-18.html
https://www.republika.co.id/berita/qjkkwu320/ciriciri-orang-saleh-yang-disebutkan-dalam-alquran
https://tafsirq.com/24-an-nur/ayat-31
https://republika.co.id/berita//qifbx5320/ganjaran-untuk-orang-yang-sabar-dalam-surat-al-furqan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar