Al-Quran
Qs. Fushshilat: 30
“ Sesungguhnya orang-orang yang berkata” Tuhan kami adalah Allah, kemudian
mereka. Maka malaikat-malaikat turun kepada mereka dengan berkata janganlah kamu
bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang
paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”.
Qs. Al-Insyirah: 5-6
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan”.
Qs. Ali-Imran: 140
”Allah yang menciptakan kebahagian dan kesedihan agar manusia menyadari
nikmatnya kebahagian, sehingga ia bersyukur dan berbagi. Dan sempitnya kesedihan diciptakan agar ia tunduk bersimpuh dihadapan Tuhan yang maha Rahmat dan
mengasihi, serta tidak menyombongkan diri, Hinggalah ia mengadu harap di hadapan Allah.
Merendah merengek dihadapan Allah. Bersimpuh pasrah kepada Tuhan yang maha penyayang.
Qs. Yusuf: 86
“Sesungguhnya hanya kepada aku mengadukan penderitan dan kesedihanku”.
Qs. Ibrahim: 21
“.......Sama saja bagi kita apakah kita mengeluh atau sabar. Sekali-kali kita tidak
mempunyai tempat untuk melarikan diri”.
Qs. Al Baqarah: 286
“Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuan (orang
tersebut)”.
QS. Ali Imran: 154
“Katakanlah sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah
ditakdirkan akan mati itu juga ke tempat mereka terbunuh. Dan Allah berbuat demikian untuk
menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu.
Allah Maha Mengetahui Isi Hati”.
HR. Tirmidzi
“Bagaimana yang merasa bergembira karena amal kebaikannya dan sedih
karena amal keburukannya, maka ia adalah seorang yang beriman”
HR. Bukhari & Muslim.
“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari gundah gulana dan rasa sedih”
Pengertian Qolbu:
Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa konsep dan fungsi hati tidaklah
sama seperti yang difahami oleh orang secara umum yang menganggap hati
hanyalah sebagai alat yang mengumpulkan segala jenis perasaan. Konsep
hati menurut beliau adalah lebih berbentuk kerohanian yang mana hati
adalah unsur yang bersifat ketuhanan (rabbaniyyah), bertujuan kepada
ilmu dan berbolak-balik sifatnya.
Menurut Hilmi (2016) Manusia terdiri dari 3 unsur yaitu; jasmani, rohani
dan nafsani (kejiwaan). Jasmani atau bentuk fisikal manusia terdiri dari anggota badan yang zahir yang boleh dilihat dengan mata kasar, melalui proses
perkembangan yang boleh diukur, mampu bergerak dan digerakkan serta bersifat
material. Unsur rohani pula mempunyai ciri yang bertentangan dengan jasmani.
Ia bersifat abstrak, multi dimensi yaitu tidak dibatasi ruang dan waktu dan
menjadi penggerak utama kepada jasad manusia. Unsur ketiga disebut sebagai
nafsani adalah satu unsur yang menjadi penghubung di antara jasmani dan rohani
manusia. Unsur nafsani terbahagi kepada tiga bagian yaitu al-aql (akal), al-qalb (hati) dan al-nafs (nafsu). Di antara ketiga-tiga elemen nafsani ini, hati (al-qalb)
bertanggungjawab dalam menolong, mengawal dan mengendali struktur dan
elemen jiwa yang lain
Musuh hati dan ruang-ruang masuknya musuh ke dalam hati:
Sesungguhnya hati itu seperti benteng yang menghalangi anasir negatif masuknya ke dalam diri manusia. Anasir negatif inilah yang menjadi musuh
kepada hati dan menurut al-Ghazali, musuh hati adalah syaitan (al-Ghazali 1998).
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah YaaSin: 60 yang bermaksud:
‘Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kamu, hai anak-anak
Adam, bahawa janganlah kamu memuja syaitan?’. Antara ruang-ruang yang
dimaksudkan al-Ghazali adalah sifat manusia itu sendiri antaralain:
1. Marah dan nafsu syahwat
2. Dengki dan rakus
3. Kenyang dari makan
4. Terburu-buru
5. Cinta dunia dan materi
6. Takut kepada kemiskinan
7. Fanatik Mazhab dan memandang hina kepada lawan
8. Mengajak berpikir tentang dzat Allah dan perkara-perkara diluar batas akal manusia
9. Berburuk sangka sesama muslim
Sifat Hati dan Pembagiannya:
Berbicara tentang bolak-baliknya hati, al-Ghazali (1998) membagi hati kepada tiga jenis:
1. Hati yang bersih yaitu hati yang dibangun dengan keimanan dan
ketaqwaan yang kuat dan penuh dengan akhlak yang terpuji. Jenis ini setelah mencapai tahap cemerlang dan bersih dari kebinasaan,
maka akan melahirkan rasa syukur, sabar, takut (khauf), ridha, tawakkal
dan sebagainya. Hati inilah yang dihadapkan Allah seperti dalam firmannya
dalam Surah ar-Ra’d: 28 yang bermaksud:
‘Ketahuilah, bahwa hanya dengan mengingati Allah, hati akan menjadi
tenang.
2. Hati yang kotor yaitu hati yang terisi dengan hawa nafsu, penuh dengan
akhlak yang tercela dan mudah untuk dimasuki syaitan. Hati ini penuh
dengan godaan syaitan dan hawa nafsu. Segala tindakan yang terzahir
dalam diri manusia, adalah terlihat dari tunduknya hati kepada hawa nafsu.
Hati ini tidak mengenali Tuhannya dan tidak pernah mau menyembahNya.
Hati seperti ini terdapat dalam firmanNya dalam Surah al-Furqan: 43-44
yang bermaksud:
‘Tiadakah engkau perhatikan orang yang mengambil kemauan
nafsunya menjadi tuhannya? Engkaukah yang menjadi penjaganya?
Atau apakah engkau mengira bahawa kebanyakan mereka mendengar
atau mengerti? Tidak! Mereka adalah sebagai binatang ternak bahkan
lagi sesat lagi jalannya.
3. Hati yang sentiasa berbolak-balik diantara kebaikan dan kejahatan. Hati
ini terkadang menjadi hati yang bersih yang cenderung kepada cinta Allah,
keimanan, keikhlasan dan tawakal kepada-Nya yang mana akhirnya ia
memberi ketengan dan kebahagiaan kepada hati. Namun, pada masa
lain menjadi hati yang kotor yang cenderung terhadap cinta kepada nafsu,
keinginan, dengki, bangga diri dan membuat kerusakan di muka bumi yang
mana ia menyebabkan kehancuran dan kebinasaan.
Muhasabah:
Hati mudah
untuk diserang musuh yaitu syaitan sekiranya manusia yang membuka ruang
kepada syaitan untuk masuk ke dalamnya. Untuk, hati agar melawan masuknya syaitan, perlunya melakukan dzikir (mengingati Allah), istighfar dan taubat. Hati
itu secara fitrahnya bersifat berbolak-balik. Namun, untuk menetapkan hati itu
pada kebaikan, manusia harus memilih untuk mendekatkan diri pada akhirat
selanjutnya dapat merasakan ketenangan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Reference:
https://media.neliti.com/media/publications/256988-teori-kompensasi-emosi-f53692aa.
pdfolbu