Minggu, 23 Mei 2021

HIDUP SEHAT DALAM ISLAM

Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, harta dan keturunan. Setidaknya tiga dari yang disebut di atas berkaitan dengan kesehatan, yaitu jiwa, akal dan keturunan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam sangat kaya dengan tuntutan kesehatan, baik kesehatan jasmani dan rohani. 

Kesehatan Jasmani
Dalam konteks kesehatan jasmani saja, Nabi pernah menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas beribadah, karena kebutuhan jasmaninya terabaikan, yang secara otomatis kesehatannya tergangu. Rasulullah bersabda:

فَ ِا َّن لجس يدك  َعلَ ْيك حقًّا

“Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu” (HR. al-Bukhari).


“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”(Q.S. al-Baqarah/2 : 222).

Dalam ayat ini terdeskripsi betapa sifat manusia yang sangat dicintai Allah adalah orang yang memelihara kesehatan dengan menjaga kebersihan. Kebersihan dalam ayat ini beriringan dengan taubat. Taubat sangat inheren dengan kesehatan rohani khususnya mental, sedangkan kesehatan lahiriah menghasilkan kesehatan jasmani.

“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi Allah daripada mukmin yang lemah” (HR. Muslim).

Dan, tidak kalah pentingnya lagi, Islam menempatkan persoalan kebersihan sebagai bagian dari Islam dan fitrah manusia. Dengan kata lain, salah satu kecenderungan manusia adalah cinta kepada kebersihan. Sedangkan, yang berkaitan dengan makanan, juga diwajibkan untuk makan makanan yang halal dan toyib seperti yang diseruka dalam Al-Quran:

“Diharamkan bagimu (makan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, hewan yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih”. (QS. Al-Ma’idah 5 : 3).

Allah telah menciptakan pergantian malam dan siang, bukan sesuatu yang tak bermakna. Pergantian ini dimaksudkan adalah untuk memberikan kesempatan kepada manusia untuk berusaha pada siang hari dan beristirahat pada malam hari setelah lelah berusaha. Hal ini kembali membuktikan bahwa Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan. Dalil yang menjelaskan tentang hal ini adalah

“Dialah yang menjadikan malam bagimu agar kamu beristirahat padanya dan menjadikan siang terang benderang”. (QS. Yunus/10: 67).

Dan Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangkit berusaha”. (QS. Al-Furqan/25: 47).

“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka”. (QS. Al-Anfal/8; 60).

Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari Abu Rafi’ bahwa Rasulullah bersabda, “Di antara hak yang harus dipenuhi orang tua adalah mengajarkan menulis, renang dan memanah atau olah raga yang teratur agar tercipta keseimbangan antara kesehatan jasmani dan rohani.

Prakteknya:
Mulai dengan konsumsi makan-makanan yang sehat dan menjaga pola makan, mengatur scedule kerja disiplin, menjaga kebersihan tempat tinggal dan lingkungan rumah, olah raga ringan seperti jalan atau lari dengan teratur, serta menjaga wudhu setiap saat.

Kesehatan Rohani
 Kebersihan rohani juga tidak kalah penting dalam kehidupan setiap individu. Dengan cara memperbaiki jiwa dalam menjaga dirinya tidak ternodai oleh kotoran - kotoran jiwa seperti riya’, takabbur, hasad (dengki), dan penyakit hati lainnya. Upaya mewujudkan yang demikian itu ditunjukkan oleh Allah swt. dan rasul-Nya. Caranya adalah dengan senantiasa mengingat Allah, mengerjakan segala perintah-Nya sebagaimana dinyatakan oleh firman Allah swt. yang artinya: 

"Sesungguhnya dengan mengingat Allah, jiwa akan memperoleh ketenangan" (QS. Al- Ra'd/13:28).

Sedangkan yang dimaksud disini adalah membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, membuang seluruh penyakit hati, lalu menghiasi jiwa dengan sifat-sifat terpuji. Secara ringkas, menyucikan jiwa dan hati disebut dengan istilah tazkiyah nafs yang intinya menyucikan diri dari perbuatan syirik dan derivasinya seperti sombong, dengki dan sifat-sifat tercela lainnya, dan pada saat yang sama melahirkan sifat-sifat positif.

Tahap awal penyucian seseorang dari segala perbuatan jelek ialah dengan cara taubat/istigfar. Lihatlah kehidupan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang setiap waktunya selalu diisi dengan taubat dan istighfar, bahkan sampai akhir hayat hidupnya pun beliau tidak lepas dari amalan tersebut. Padahal beliau adalah orang yang telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan datang. 

Ditambahkan pula tazkiyatun nufus merupakan salah satu hajat utama yang diminta Rasulullah saw. Dalam Doanya, rasulullah mengatakan:
"Ya Allah anugerahkanlah ketaqwaan pada jiwa dan sucikanlah ia, karena Engkaulah sebaik-baik Dzat yang menyucikan kalbu seorang mu'min yang jernih". 

Kalau tidak segera dibersihkan dengan taubat kepada Allah, ia akan memekatkan dan menutup mata hati itu sendiri sehingga ia akan keras bagaikan batu, bahkan bisa lebih keras sebagaimana yang termaktub dala surat Al-Baqarah/2: 74:
"Kemudian hatimu menjadi keras, sehingga hatimu seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal batu-batu itu pasti disungai yang ainya memancar daripadanya. Adapula yang terbelah lalu keluarlah mata air padanya. Dan ada pula yang meluncur jatuh  karena takut pada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan".

Praktek:
Menjaga shalat lima waktu, tilawah Al-Quran, memperbanyak infak dan sedekah, dan memperbanyak amalan sunnah lainnya.

#Muhasabah

Referensi:

file:///C:/Users/user/Downloads/29-Article%20Text-337-2-10-20190613.pdf



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AKM SEBAGAI SUPPORTING PEMBELAJARAN DI KELAS

PPT AKM silahkan download dari link berikut: https://docs.google.com/presentation/d/13r5kEj1kk5g-ljlmLS4blPQ2Tj_-n5na/edit?usp=sharing&o...