Islam menetapkan tujuan
pokok kehadirannya untuk
memelihara agama, jiwa, akal, harta dan keturunan. Setidaknya tiga dari
yang disebut di atas berkaitan dengan kesehatan, yaitu jiwa, akal dan
keturunan. Tidak heran
jika ditemukan bahwa Islam sangat kaya dengan tuntutan kesehatan, baik
kesehatan jasmani dan rohani.
Kesehatan Jasmani
Dalam konteks kesehatan jasmani saja, Nabi pernah
menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas beribadah, karena
kebutuhan jasmaninya terabaikan, yang secara otomatis kesehatannya tergangu. Rasulullah bersabda:
فَ ِا َّن لجس يدك َعلَ ْيك حقًّا
“Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu”
(HR. al-Bukhari).
“Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”(Q.S. al-Baqarah/2
: 222).
Dalam ayat ini terdeskripsi betapa sifat manusia yang
sangat dicintai Allah adalah orang yang memelihara kesehatan dengan menjaga
kebersihan. Kebersihan dalam ayat ini beriringan dengan taubat. Taubat sangat
inheren dengan kesehatan rohani khususnya mental, sedangkan kesehatan lahiriah
menghasilkan kesehatan jasmani.
“Seorang mukmin
yang kuat lebih
baik dan lebih
disayangi Allah daripada mukmin yang lemah” (HR. Muslim).
Dan, tidak kalah
pentingnya lagi, Islam menempatkan persoalan kebersihan sebagai
bagian dari Islam dan fitrah
manusia. Dengan
kata lain, salah satu kecenderungan manusia adalah cinta kepada kebersihan. Sedangkan, yang berkaitan dengan makanan, juga diwajibkan untuk makan makanan yang halal dan toyib seperti yang diseruka dalam Al-Quran:
“Diharamkan bagimu
(makan) bangkai, darah,
daging babi, dan (daging)
hewan yang disembelih bukan atas (nama)
Allah, hewan yang tercekik, yang dipukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih”. (QS. Al-Ma’idah 5 : 3).
Allah telah menciptakan pergantian malam dan siang,
bukan sesuatu yang tak bermakna. Pergantian ini dimaksudkan adalah
untuk memberikan kesempatan kepada
manusia untuk berusaha
pada siang hari dan
beristirahat pada malam hari setelah lelah berusaha. Hal ini kembali membuktikan bahwa Islam sangat memperhatikan
masalah kesehatan. Dalil yang menjelaskan tentang
hal ini adalah
“Dialah yang menjadikan malam
bagimu agar kamu beristirahat padanya dan menjadikan siang
terang benderang”. (QS. Yunus/10: 67).
“Dan
Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangkit
berusaha”. (QS. Al-Furqan/25: 47).
“Dan
persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki
dan dari pasukan
berkuda yang dapat menggentarkan musuh
Allah, musuhmu dan orang-orang selain
mereka”. (QS. Al-Anfal/8; 60).
Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari Abu Rafi’
bahwa Rasulullah bersabda,
“Di antara hak yang harus dipenuhi orang tua adalah mengajarkan menulis, renang
dan memanah atau olah raga yang teratur agar tercipta keseimbangan antara kesehatan jasmani dan rohani.
Prakteknya:
Mulai dengan konsumsi makan-makanan yang sehat dan menjaga pola makan, mengatur scedule kerja disiplin, menjaga kebersihan tempat tinggal dan lingkungan rumah, olah raga ringan seperti jalan atau lari dengan teratur, serta menjaga wudhu setiap saat.
Kesehatan Rohani
Kebersihan rohani juga tidak kalah penting dalam kehidupan setiap individu. Dengan
cara memperbaiki jiwa dalam menjaga dirinya tidak ternodai oleh kotoran -
kotoran jiwa seperti riya’, takabbur, hasad (dengki), dan penyakit hati lainnya. Upaya
mewujudkan yang demikian itu ditunjukkan oleh Allah swt. dan rasul-Nya.
Caranya adalah dengan senantiasa mengingat Allah, mengerjakan segala
perintah-Nya sebagaimana dinyatakan oleh firman Allah swt. yang artinya:
"Sesungguhnya dengan mengingat Allah,
jiwa akan memperoleh ketenangan" (QS. Al- Ra'd/13:28).
Sedangkan yang dimaksud disini
adalah membersihkan jiwa dari
sifat-sifat tercela, membuang seluruh penyakit hati, lalu menghiasi jiwa dengan sifat-sifat terpuji. Secara ringkas, menyucikan jiwa dan hati
disebut dengan istilah tazkiyah nafs yang intinya menyucikan diri dari
perbuatan syirik dan derivasinya seperti sombong, dengki dan sifat-sifat tercela
lainnya, dan pada saat yang sama melahirkan sifat-sifat positif.
Tahap awal penyucian seseorang dari segala
perbuatan jelek ialah dengan cara taubat/istigfar.
Lihatlah kehidupan Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam yang
setiap waktunya selalu
diisi dengan taubat
dan istighfar, bahkan sampai
akhir hayat hidupnya
pun beliau tidak lepas
dari amalan tersebut. Padahal beliau
adalah orang yang telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan
datang.
Ditambahkan pula tazkiyatun nufus merupakan salah satu hajat utama yang diminta Rasulullah saw. Dalam Doanya, rasulullah mengatakan:
"Ya Allah anugerahkanlah ketaqwaan pada jiwa dan sucikanlah ia, karena Engkaulah sebaik-baik Dzat yang menyucikan kalbu seorang mu'min yang jernih".
Kalau tidak segera dibersihkan dengan taubat kepada Allah, ia akan memekatkan dan menutup mata hati itu sendiri sehingga ia akan keras bagaikan batu, bahkan bisa lebih keras sebagaimana yang termaktub dala surat Al-Baqarah/2: 74:
"Kemudian hatimu menjadi keras, sehingga hatimu seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal batu-batu itu pasti disungai yang ainya memancar daripadanya. Adapula yang terbelah lalu keluarlah mata air padanya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut pada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan".
Praktek:
Menjaga shalat lima waktu, tilawah Al-Quran, memperbanyak infak dan sedekah, dan memperbanyak amalan sunnah lainnya.
#Muhasabah
Referensi:
file:///C:/Users/user/Downloads/29-Article%20Text-337-2-10-20190613.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar