Rabu, 26 Mei 2021

KASIH SAYANG KARENA ALLAH SWT

Pada surah Ali Imran ayat 103, disebutkan bahwa: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.’

Pada Hadist Nabi diriwayatkan bahwa “Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian menginfaqkan emas sebanyak bukit uhud, tidak akan ada yang menyamai satu timbangan (pahala) seorangpun dari mereka, juga tidak akan sampai setengahnya”. (HR.Bukhari).

Umar Bin Khatab rela melakukan sesuatu yang tidak ia sukai karena melihat Rasul melakukannya. Dari ‘Abis bin Robi’ah, ia berkata, “Aku pernah melihat ‘Umar (bin Al Khottob) mencium hajar Aswad. Lantas ‘Umar berkata, “Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka tentu aku tidak akan menciummu” (HR. Bukhari no. 1597, 1605 dan Muslim no. 1270). Umar bin khattab sebelum berislam sangat membenci Nabi Muhammad saw. Bahkan ingin membunuh beliau saw. Namun semua berbalik 180 derajat kala Umar sudah berislam. Sangat besar cintanya pada Rasul. Bahkan ia termasuk orang yang paling dekat dengan Rasulullah. 

Asas Cinta dan benci haruslah karena Allah. Kita mencintai seseorang, benda, juga aktifitas haruslah karena Allah. Bukan karena asas manfaat semata. Karena yang dilakukan bukan karena Allah hanya akan bersifat sementara. Maksimal sebatas umur di dunia. Sementara yang dilakukan atas dasar karena Allah akan abadi. Sampai ke akhirat nanti. 

Berteman dengan asas manfaat hanya akan bertahan sampai manfaat itu hilang. Berteman dengan asas lillah, akan terus berlanjut bahkan kala penghisaban nanti. Saling mencari kala tak melihat sahabatnya di dalam surga nanti. 

Inilah kekuatan Cinta dan benci. Aktivitas yang dilakukan atas dasar Cinta akan ringan dijalankan walau berat dalam pandangan pribadi dan orang lain. Buktinya banyak sahabat Rasul yang semangat berjihad dan menjadi syahid. Walau dalam pandangan kafir itu adalah aktifitas yang berat dan berat pula resikonya, kehilangan nyawa. 

Adapun cara merawat kasih sayang itu adalah, 

  1. Meluruskan niat agar kasih sayang berbuah ibadah, sucikan niat berkasih sayang karena Allah“Segala amal itu tergantung niatnya dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya itu kepada Allah dan rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya.” (Muttafaq alaih).
  2. Mencintai secara proporsional. “.... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah [2]: 216). Nabi SAW pernah berpesan, “Cintailah kekasihmu sekadarnya saja, karena boleh jadi suatu hari nanti dia akan menjadi sesuatu yang engkau benci; dan bencilah sesuatu yang tidak engkau sukai sekadarnya saja, karena boleh jadi suatu hari nanti dia akan menjadi sesuatu yang engkau cintai.” (HR Bukhari).
  3. Memproklamirkan kasih sayang. Nabi SAW bersabda, “Jika seseorang mencintai saudaranya hendaklah memberitahukan kepadanya bahwa ia mencintainya.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).
  4. Memandang dengan penuh kasih sayang. Dalam sebuah hadis dikatakan, “Barang siapa yang memandang saudaranya dengan pandangan cinta (kasih sayang), maka Allah mengampuninya.”
  5. Kunjungan kasih sayang. Agar tanaman cinta bertambah subur, hendaklah saling mengunjungi. Rasulullah SAW bersabda, “Berkunjung secara berkala maka cinta pun akan bertambah.” (HR Baihaqi). Zur ghiban, yazid hubban."
  6. Merawat tanaman kasih sayang secara berkala, taburkan pupuk cinta secara merata, pasti akan menuai buah cinta, yaitu dengan mendahuluinya dalam mengucapkan salam, memanggilnya dengan nama yang paling disukainya, dan melapangkan tempat duduk baginya.
  7. Mengokohkan kasih sayang dengan doa. Nabi SAW mengajarkan, “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon anugerah cinta-Mu, dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu, serta usaha yang dapat mengantarkan aku kepada cinta-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu sesuatu yang paling aku senangi.” (HR Ahmad).

Dengan demikian, jika cinta terawat dengan baik, kesucian cinta seseorang akan tetap terjaga. Amin.  Sahabat dan teman-temanku jangan lupakan aku saat dihari penghisaban tiba. Apabila aku tidak ada disurga, carilah dan mohonlah kepada Allah agar aku dapat kau ajak ke surga (mungkin kita pernah shalat bersama, ngaji bersama, puasa bersama, melakukan aktifitas bersama dalam ridha Allah SWT).  

#muhasabah


Referensi

https://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2011/02/25/3506/cintailah-sesama-muslim-karena-allah-swt.html

https://www.republika.co.id/berita/pzryl6349/cinta-dan-benci-karena-allah

https://www.republika.co.id/berita/q7aotk320/7-langkah-agar-perasaan-cinta-sesuai-alquran-dan-sunnah

Minggu, 23 Mei 2021

HIDUP SEHAT DALAM ISLAM

Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, harta dan keturunan. Setidaknya tiga dari yang disebut di atas berkaitan dengan kesehatan, yaitu jiwa, akal dan keturunan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam sangat kaya dengan tuntutan kesehatan, baik kesehatan jasmani dan rohani. 

Kesehatan Jasmani
Dalam konteks kesehatan jasmani saja, Nabi pernah menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas beribadah, karena kebutuhan jasmaninya terabaikan, yang secara otomatis kesehatannya tergangu. Rasulullah bersabda:

فَ ِا َّن لجس يدك  َعلَ ْيك حقًّا

“Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu” (HR. al-Bukhari).


“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”(Q.S. al-Baqarah/2 : 222).

Dalam ayat ini terdeskripsi betapa sifat manusia yang sangat dicintai Allah adalah orang yang memelihara kesehatan dengan menjaga kebersihan. Kebersihan dalam ayat ini beriringan dengan taubat. Taubat sangat inheren dengan kesehatan rohani khususnya mental, sedangkan kesehatan lahiriah menghasilkan kesehatan jasmani.

“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi Allah daripada mukmin yang lemah” (HR. Muslim).

Dan, tidak kalah pentingnya lagi, Islam menempatkan persoalan kebersihan sebagai bagian dari Islam dan fitrah manusia. Dengan kata lain, salah satu kecenderungan manusia adalah cinta kepada kebersihan. Sedangkan, yang berkaitan dengan makanan, juga diwajibkan untuk makan makanan yang halal dan toyib seperti yang diseruka dalam Al-Quran:

“Diharamkan bagimu (makan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, hewan yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih”. (QS. Al-Ma’idah 5 : 3).

Allah telah menciptakan pergantian malam dan siang, bukan sesuatu yang tak bermakna. Pergantian ini dimaksudkan adalah untuk memberikan kesempatan kepada manusia untuk berusaha pada siang hari dan beristirahat pada malam hari setelah lelah berusaha. Hal ini kembali membuktikan bahwa Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan. Dalil yang menjelaskan tentang hal ini adalah

“Dialah yang menjadikan malam bagimu agar kamu beristirahat padanya dan menjadikan siang terang benderang”. (QS. Yunus/10: 67).

Dan Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangkit berusaha”. (QS. Al-Furqan/25: 47).

“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka”. (QS. Al-Anfal/8; 60).

Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari Abu Rafi’ bahwa Rasulullah bersabda, “Di antara hak yang harus dipenuhi orang tua adalah mengajarkan menulis, renang dan memanah atau olah raga yang teratur agar tercipta keseimbangan antara kesehatan jasmani dan rohani.

Prakteknya:
Mulai dengan konsumsi makan-makanan yang sehat dan menjaga pola makan, mengatur scedule kerja disiplin, menjaga kebersihan tempat tinggal dan lingkungan rumah, olah raga ringan seperti jalan atau lari dengan teratur, serta menjaga wudhu setiap saat.

Kesehatan Rohani
 Kebersihan rohani juga tidak kalah penting dalam kehidupan setiap individu. Dengan cara memperbaiki jiwa dalam menjaga dirinya tidak ternodai oleh kotoran - kotoran jiwa seperti riya’, takabbur, hasad (dengki), dan penyakit hati lainnya. Upaya mewujudkan yang demikian itu ditunjukkan oleh Allah swt. dan rasul-Nya. Caranya adalah dengan senantiasa mengingat Allah, mengerjakan segala perintah-Nya sebagaimana dinyatakan oleh firman Allah swt. yang artinya: 

"Sesungguhnya dengan mengingat Allah, jiwa akan memperoleh ketenangan" (QS. Al- Ra'd/13:28).

Sedangkan yang dimaksud disini adalah membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, membuang seluruh penyakit hati, lalu menghiasi jiwa dengan sifat-sifat terpuji. Secara ringkas, menyucikan jiwa dan hati disebut dengan istilah tazkiyah nafs yang intinya menyucikan diri dari perbuatan syirik dan derivasinya seperti sombong, dengki dan sifat-sifat tercela lainnya, dan pada saat yang sama melahirkan sifat-sifat positif.

Tahap awal penyucian seseorang dari segala perbuatan jelek ialah dengan cara taubat/istigfar. Lihatlah kehidupan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang setiap waktunya selalu diisi dengan taubat dan istighfar, bahkan sampai akhir hayat hidupnya pun beliau tidak lepas dari amalan tersebut. Padahal beliau adalah orang yang telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan datang. 

Ditambahkan pula tazkiyatun nufus merupakan salah satu hajat utama yang diminta Rasulullah saw. Dalam Doanya, rasulullah mengatakan:
"Ya Allah anugerahkanlah ketaqwaan pada jiwa dan sucikanlah ia, karena Engkaulah sebaik-baik Dzat yang menyucikan kalbu seorang mu'min yang jernih". 

Kalau tidak segera dibersihkan dengan taubat kepada Allah, ia akan memekatkan dan menutup mata hati itu sendiri sehingga ia akan keras bagaikan batu, bahkan bisa lebih keras sebagaimana yang termaktub dala surat Al-Baqarah/2: 74:
"Kemudian hatimu menjadi keras, sehingga hatimu seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal batu-batu itu pasti disungai yang ainya memancar daripadanya. Adapula yang terbelah lalu keluarlah mata air padanya. Dan ada pula yang meluncur jatuh  karena takut pada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan".

Praktek:
Menjaga shalat lima waktu, tilawah Al-Quran, memperbanyak infak dan sedekah, dan memperbanyak amalan sunnah lainnya.

#Muhasabah

Referensi:

file:///C:/Users/user/Downloads/29-Article%20Text-337-2-10-20190613.pdf



















Kamis, 20 Mei 2021

MELAMPAUI BATAS

Melampaui batas disebut juga atau sudah merasa lebih atau sombong. Adapun, Sifat sombong pertama kali muncul ketika seseorang mengalami:

Merasa lebih

kaya itu tidak dilarang bahkan didorong agar kita bisa membayar zakat, haji, shadaqah dan infaq. Namun sebaliknya akan dilarang apabila sudah ada sifat "merasa lebih" atau merasa lebih dibandingkan dengan orang lain. Memiliki kedudukan diperbolehkan, karena dengan kedudukan akan menghasilkan kebijakan yang baik dan dampak ibadah, yang salah adalah ketika memiliki kedudukan tetapi untuk berbuat dzalim. Memiliki ilmu boleh, tetapi tidak boleh memandang oranglain lebih kecil. Orang sombong adalah ibarat orang yang naik ke atas dan melihat oranglain kecil, dia tidak ingat bahwa oranglain melihatnya juga kecil, yang paling bahaya apabila dia diatas dengan sendirian.

Kapan mulai merasa lebih

Faktor-faktor orang merasa lebih salah satunya "bertambahnya harta benda", hal ini rentan diserang sikap sombong. Harta bukan penyakit, tetapi sikap yang mulai berubah karena bertambahnya harta. Allah memberi petunjuk pada Al-quran surat Al-Qhashas (28) ayat 76:

اِنَّ قَارُوۡنَ كَانَ مِنۡ قَوۡمِ مُوۡسٰى فَبَغٰى عَلَيۡهِمۡ‌ۖ وَاٰتَيۡنٰهُ مِنَ الۡكُنُوۡزِ مَاۤ اِنَّ مَفَاتِحَهٗ لَـتَـنُوۡٓاُ بِالۡعُصۡبَةِ اُولِى الۡقُوَّةِ اِذۡ قَالَ لَهٗ قَوۡمُهٗ لَا تَفۡرَحۡ‌ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الۡفَرِحِيۡنَ
"Sesungguhnya Karun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zhalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, "Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri."
Tafsir
Kekuatan dan kekuasaan akan berakhir dengan kebinasaan karena kedurhakaan dan kezaliman, seperti yang terjadi pada Fir'aun. Begitu juga dengan kekuatan harta dan pengetahuan yang juga berakhir dengan kebinasaan saat disertai dengan kedurhakaan dan keangkuhan, seperti yang menerima Karun. Sesungguhnya Karun termasuk kaum Musa yang hidup semasa dengannya. Akan tetapi meski berasal dari keluarga terhormat, dia melampaui batas dengan berlaku zalim terhadap mereka dan sombong. Ia adalah seorang yang Kami beri nikmat dengan memasukkannya ke dalam kelompok kaum Nabi Musa, dan Kami telah menganugerahkan pula kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kunci gudang tempat penyimpanan hartanya itu sungguh sangat banyak sehingga terasa berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. Itu baru kuncinya, ada pun harta kekayaannya, tidak mungkin dapat dipikul oleh orang yang sangat banyak sekali pun. Ingatlah ketika ia terpedaya oleh nikmat Allah yang dikaruniakan kepadanya dengan mengingkari dan tidak mensyukurinya, kaumnya menasihatinya dengan berkata kepadanya, “Janganlah engkau terlalu bangga dengan harta kekayaan yang engkau miliki, kebanggaan yang menjadikanmu melupakan Allah yang menganugerahkan nikmat itu sehingga tidak bersyukur kepada-Nya. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri.” Orang-orang kafir Mekkah yang menentang Nabi Muhammad telah tertipu oleh harta mereka, sebab kekayaan mereka digunakan untuk menindas kaum Muslim. Padahal, harta benda mereka sangat sedikit jika dibandingkan dengan harta Karun. Orang kaya yang angkuh dan zalim akan berakhir dengan kebinasaan.
Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Mahateliti terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat. (asy-Syura/42: 27)

Kekayaan melimpah ruah dan perbendaharaan harta yang banyak yang diberikan Allah kepadanya, sehingga kunci-kunci tidak sanggup dipikul oleh sejumlah orang-orang yang kuat karena beratnya, menyebabkan ia sangat bangga, berlaku aniaya, dan sombong terhadap sesamanya serta memandang remeh dan hina mereka. Ibnu 'Abbas mengatakan bahwa kunci-kunci perbendaharaan harta Karun dapat dibawa oleh empat puluh laki-laki yang kuat.

Sekalipun ia diperingatkan oleh kaumnya agar jangan terlalu membanggakan hartanya yang berlimpah-limpah dan kekayaan yang bertumpuk-tumpuk itu, karena Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri, tetapi ia tidak menggubrisnya sama sekali. Ia tetap bangga dan menyombongkan diri. Peringatan dan larangan terlalu gembira dan bangga atas pemberian Allah itu ditegaskan juga dalam ayat lain, sebagaimana firman Nya:

Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri. (Al-hadid/57: 23)

Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri. (An-Nisa'/4: 36)
Keterangan mengenai QS. Al-Qasas
Surat Al Qashash terdiri atas 88 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai dengan Al Qashash, karena pada ayat 25 surat ini terdapat kata Al Qashash yang berarti cerita. Ayat ini menerangkan bahwa setelah Nabi Musa a.s. bertemu dengan Nabi Syua'ib a.s. ia menceritakan cerita yang berhubungan dengan dirinya sendiri, yakni pengalamannya dengan Fir'aun, sampai waktu ia diburu oleh Fir'aun karena membunuh seseorang dari bangsa Qibthi tanpa disengaja, Syua'ib a.s. menjawab bahwa Musa a.s. telah selamat dari pengejaran orang-orang zalim. Turunnya ayat 25 surat ini amat besar artinya bagi Nabi Muhammad s.a.w. dan bagi sahabat-sahabat yang melakukan hijrah ke Madinah, yang menambah keyakinan mereka, bahwa akhirnya orang-orang Islamlah yang menang, sebab ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang berhijrah dari tempat musuh untuk mempertahankan keimanan, pasti akan berhasil dalam perjuangannya menghadapi musuh-musuh agama. Kepastian kemenangan bagi kaum muslimin itu, ditegaskan pada bagian akhir surat ini yang mengandung bahwa setelah hijrah ke Madinah kaum muslimin akan kembali ke Mekah sebagai pemenang dan penegak agama Allah. Surat Al Qashash ini adalah surat yang paling lengkap memuat cerita Nabi Musa a.s. sehingga menurut suatu riwayat, surat ini dinamai juga dengan surat Musa.
Tujuan Harta yang dititipkan kepada hamba
Allah sangat kasih kepada umatnya, sebelum ajal menjemput manusia akan didorong agar tidak melampaui batas. Sifat rahim yang dalam supaya manusia berubah, dan tidak membiarkan hambanya dalam keburukan. Seperti hikmah dari dalam kandungan Al-Quran surat Toha (22) ayat 44:
فَقُوۡلَا لَهٗ قَوۡلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوۡ يَخۡشٰى
"maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut"
Tafsir
Wahai Nabi Musa dan Harun, pergilah kamu berdua kepada Fir‘aun yang sombong itu dengan bekal mukjizat dari-Ku karena dia benar-benar telah melampaui batas dalam kedurhakannya. Begitu berhadapan dengannya, maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. Ajaklah dia beriman kepada Allah dan serulah pada kebenaran dengan cara yang baik. Mudah-mudahan dengan cara demikian dia menjadi sadar atau takut pada azab Allah bila terus durhaka.”
Allah mengajarkan kepada Musa dan Harun a.s. bagaimana cara menghadapi Firaun, yaitu dengan kata-kata yang halus dan ucapan yang lemah lembut. Seseorang yang dihadapi dengan cara demikian, akan terkesan di hatinya dan akan cenderung menyambut baik dan menerima dakwah dan ajakan yang diserukan kepadanya. Cara yang bijaksana seperti ini telah diajarkan pula kepada Nabi Muhammad oleh Allah.
Tujuan dengan harta benda yang Allah SWT titipkan kepada hambanya supaya dengan harta tersebut manusia dapat mencari tempat terbaiknya diakhirat. Allah menitipkan harta benda yang titipkan kepada hambanya supaya untuk bekal ibadah dan bukan digunakan sampai melampaui batas. Titipan itu apabila sifatnya terlalu banyak dan tidak tahu rumusnya, maka ketika ditanya Allah dan diambil kembali maka tidak akan siap. Maka pertimbangkan, sekian banyak harta yang dititipkan pada kita berapa yang sudah diridhai Allah dan yang belum diridhai Allah. Bila kita dititip oleh Allah SWT maka hakikatnya untuk bekal ibadah dan semoga sebagai kebaikan serta untuk kemuliaan hidup. Amin.

Referensi
Ust Adi Hidayat
https://kalam.sindonews.com/ayat/24/79/an-naziat-ayat-24




Rabu, 19 Mei 2021

UKHUWAH

 إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

أَمَّا بَعْدُ:

أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى…

Ibadallah, Pertemanan atau persaudaraan yang dalam bahasa agamanya sering diistilahkan dengan ukhuwah adalah sesuatu yang istimewa. Terlebih kalau ukhuwah itu dalam kecintaan kepada Allah. Ukhuwah dalam kecintaan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah nikmat agung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kecintaan ini memiliki banyak buah bermanfaat dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Alangkah indah, sebuah masyarakat Islam yang tersebar di dalamnya kelembutan dan kecintaan. Setiap individu merasa apa yang dirasakan orang yang dekat dengannya.

Kondisi ini mendorong kita untuk saling mengingatkan sesama Muslim tentang tipu daya syaitan dalam merusak ukhuwah agar kita tidak terjerembab dalam jeratnya. Hanya dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian diikuti dengan usaha untuk saling meringatkan akan makar yang digunakan untuk merusak persaudaraan dan menanamkan permusuhan sesama saudara, kita berharap semoga Allah  menyelamat kita semua dari berbagai makar syaitan dan sekutunya.

Beberapa perusak ukhuwah:

1. Tamak Terhadap Apa Yang Ada Di Tangan Yang Lain Dan Cenderung Pada Keduniaan

Hal ini termasuk akhlaq yang paling tercela, yaitu tamak dengan milik orang lain dan hasad. Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Hasad termasuk penyakit jiwa dan menimpa mayoritas manusia, tidak ada yang terlepas kecuali sedikit. Karena itu dikatakan, ‘Tidak akan kosong sebuah jasad dari hasad, tetapi orang tercela menampakkannya dan orang mulia akan menyembunyikannya”.

Bahaya penyakit ini terletak pada ananiyah (egois) yang berlebih dan mencintai dirinya sendiri, disamping lemahnya iman.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang sifat hasad ini dengan sabdanya, yang artinya, “Dan janganlah kalian saling mendengki…”.[HR. Al-Bukhari dan Muslim].

2. Ghibah

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melarang untuk saling ghibah satu sama lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. [Al-Hujurat/49 :12]

Ghibah bermakna seseorang menyebut saudaranya yang tidak ada di hadapannya dengan yang tidak ia sukai, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟ قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيْلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟ قَالَ: «إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ بَهَتَّهُ

“Apakah kalian mengetahui apa itu ghibah?” Mereka berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalian menyebut saudaramu dengan apa yang dia tidak sukai”. Dikatakan, “Apa pendapat Anda jika apa yang aku sebutkan ada pada saudaraku?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika apa yang engkau katakan ada padanya, sungguh engkau telah men-ghibah-nya, jika yang kau katakan tidak benar sungguh engkau berdusta dan mengada-ada”. [HR. Muslim].

Ghibah akan memutus ukhuwah keimanan, karena secara umum hal ini tidak akan menjadi rahasia yang tersimpan (namun akan tersebar). Hanya sedikit orang yang menyembunyikan perkataan, bahkan perkataan ini sampai pada empunya. Maka ia akan benci pada orang yang menggunjingnya dan akan terjadi permusuhan di antara mereka.

3. Tajassus (Memata-Matai Yang Lain)

Hal ini terjadi dengan mencari aurat dan rahasia seseorang dengan mengamati tanpa sepengetahuan yang bersangkutan, dengan menguping pembicaraan, atau dengan mencari-cari sesuatu yang disembunyikannya dari orang lain tanpa seizinnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang Kaum Mukmin dari tajassus ini dengan mengatakan,

وَلَا تَجَسَّسُوا

Dan janganlah mencari-cari keburukan orang [Al-Hujurat/49:12]

Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Jangan memeriksa rahasia Muslim, dan jangan mencari-carinya, tinggalkanlah mereka apa adanya, dan lupakan kesalahan-kesalahan mereka, karena jika dicari-cari akan terjadi hal (buruk) yang tidak seharusnya terjadi.”

Tajassus ini akan menyebabkan kedengkian dan permusuhan di masyarakat, karena obyek akan merasa diragukan dan tidak dipercaya sehingga ia marah terhadap orang yang mencari-cari keburukannya.

4. Lamz Dan Ghamz (Mencela Dan Meremehkan) Orang Lain.

Makna yang pertama adalah mencela seseorang di depannya dengan perkataan walau perkataan itu samar. Terkadang celaan yang samar ini lebih dahsyat daripada celaan terang-terangan dan lebih menyakitkan hati. Disamping celaan yang ditujukan padanya, celaan model ini juga mengandung makna menganggapnya bodoh dan lalai. Pencela mengesankan khalayak yang ada di majlis bahwa obyek adalah seorang yang bodoh dan tidak sadar dengan celaan yang ditujukan padanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ

Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri [Al-Hujurat/49:11]

Kita dapati bahwa al-Qur’an membahasakan celaan pada saudaranya yang muwwahhid dengan celaan pada dirinya sendiri seakan-akan mereka semua adalah satu jasad.

Syaikh As-Sa’di mengatakan, “Saudaranya yang muslim diberi nama nafs/jiwanya sendiri karena orang Mukmin harus seperti satu jasad. Jika ia meng-hamz yang lain, maka orang lain tersebut akan meng-hamz pelaku pertama dan pelaku pertama inilah penyebab hamz kedua.

5. Sikhriyyah (Merendahkan yang Lain)

Celaan terhadap saudara yang lain adalah permusuhan terhadap kehormatannya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. [Al-Hujurat/49:11]

Syaikh As-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Hal ini juga salah satu hak seorang Mukmin atas Mukmin yang lain agar tidak saling mencela satu sama lain dengan perkataan dan perbuatan yang menunjukkan penghinaan karena hal tersebut diharamkan. Hal ini juga menunjukkan ketakjuban pencela pada dirinya sendiri. Barangkali yang dicela lebih baik dari pencela, dan ini yang nyata banyak terjadi. Pencelaan tidak terjadi kecuali dari hati yang penuh dengan kejelekan akhlaq dan kosong dari akhlaq terpuji”.[9]

Salah satu akibat buruk sifat ini adalah keinginan untuk balas dendam dan memotong tali persaudaraan dan kasih sayang. 

Marah adalah percikan api yang membakar yang bisa menjadikan orang buta dan tuli, seorang yang sudah marah maka peringatan tidak akan memberi manfaat padanya begitu juga nasehat tidak akan mengembalikannya. Kita memohon pada Allah Subhanahu wa Ta’ala nikmat ‘afiyah.

Ibnu Qudamah al-Maqdisy rahimahullah mengatakan, “Ketika api kemarahan menyala dan berkobar, api itu akan membutakan orang dan menjadikannya tuli dari mauidzah (nasehat) karena kemarahan itu sudah menjalar ke otaknya dan menutup pikirannya. Terkadang malah menjalar ke fungsi rasa (dalam tubuhnya) hingga ia tidak bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan sifat tercela ini dan mengulang wasiat ini pada seseorang yang memintanya untuk memberikan nasehat padanya. Maka Rasulullah bersabda padanya, “Jangan marah!”[HR. Al-Bukhari].

Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan, “Ibnu Tin rahimahullah mengatakan, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengumpulkan dalam perkataannya “jangan marah” kebaikan dunia dan akhirat, karena marah akan memutus (hubungan antar manusia) dan menghalangi sikap lemah-lembut dan barangkali akan menyakiti orang yang dimarahi dan mengurangi agama orang yang marah’.”

Marah adalah percikan api yang akan memutus dan merusak tali ukhuwah, tidak mendekatkan dan malah menjauhkan dengan orang yang bersifat demikian. Kita memohon keselamatan dari yang demikian.

Maka inilah beberapa perusak ukhuwah yang akan memutus hubungan yang penuh dengan kecintaan dan menghilangkan persahabatan sesama saudara. Maka secara global perusak ini kembali pada terjatuhnya seseorang dalam dosa dan kemaksiatan, terputusnya hubungan adalah sanksi atas kemaksiatan yang terjadi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidaklah dua orang saling mencintai dan mengasihi karena Allah atau (kecintaaan) dalam Islam, maka terputusnya hubungan antara keduanya karena dosa pertama yang dilakukan salah satu di antara mereka”.

Dalam riwayat lain disebutkan,

“Kecuali karena dosa yang pertamakali dilakukan salah satu di antara keduanya”[HR. Al-Bukhari].

Hal lain yang perlu diperhatikan juga, salah satu hak saudara Muslim adalah untuk diingatkan dan dinasehati namun dengan cara yang lemah lembut dan bukan dengan celaan terhadap setiap kesalahan, baik itu kecil atau besar. Pengingkaran terhadap kesalahan dengan celaan ini jika sering dilakukan akan menjadikan orang bosan dan akan memotong kecintaan di antara mereka karena kemungkinan yang terjadi barangkali seseorang tidak tahan dengan kesalahan sedikitpun, atau dia berprasangka buruk terhadap saudaranya, atau senantiasa pandangannya senantiasa miring terhadap saudaranya karena ia kurang memperhatikan haknya sebagai saudaranya. Maka kita harus meyakini tidak akan ada teman dan saudara yang tidak memiliki cela dalam kecintaannya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala , bahkan kita sendiri juga memiliki kekurangan. Maka kewajiban kita untuk menutup dan meluruskan perusak ini dan kita memohon Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memperbaiki keadaan kita dan saudara kita.

#Belajar untuk muhasabah dan semoga bermanfaat


Referensi: 

https://khotbahjumat.com/4792-perusak-hubungan-persaudaraan-dan-pertemanan.htmlReferensi:







Arti "ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH"

Setidaknya ada 6 hak dari muslim kepada muslim lain, yakni: mengunjungi saat sakit, bertakziah saat dia meninggal, menerima undangannya, memberi salam ketika berjumpa, mendoakan saat bersin, serta berharap yang terbaik saat dia ada dan tidak. Terkait 6 hak muslim kepada muslim lainnya ini disebutkan dalam hadits riwayat Imam Tirmidzi yang dinarasikan dari Abu Hurrairah:

"Ada 6 hak dari muslim kepada muslim yang lain yaitu mengunjungi saat sakit, bertakziah saat dia meninggal, menerima undangannya, memberi salam ketika berjumpa, mendoakan saat bersin, serta berharap yang terbaik saat dia ada dan tidak." (HR Tirmidzi)".

Adapun dalam tulisan ini hanya akan dituliskan tentang keutamaan memberi salam dan menjawab salam.

Berikut kata arab dan arti assalamualaikum:

سلام

Arab latin: salam atau salaam

Artinya: "Damai."

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ

Arab latin: Assalamualaikum

Artinya: "Semoga kedamaian besertamu."

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Arab latin: Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Artinya: "Semoga kedamaian bersamamu serta pengampunan dan berkah dari Allah SWT."


Untuk jawabannya:

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ

Arab latin: Waalaikumsalam

Artinya: "Dan semoga keselamatan terlimpah juga kepada kalian"

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Arab latin: Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

Artinya: "Dan semoga keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya terlimpah juga kepada kalian."


Keutamaan menjawab salam dengan ucapan dan doa yang lebih baik telah diterangkan dalam Al Quran surat An-Nisa ayat 86,

وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا۟ بِأَحْسَنَ مِنْهَآ أَوْ رُدُّوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ حَسِيبًا

Arab latin: Wa iżā ḥuyyītum bitaḥiyyatin fa ḥayyụ bi`aḥsana min-hā au ruddụhā, innallāha kāna 'alā kulli syai`in ḥasībā

Artinya: "Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu."


Referensi

https://news.detik.com/berita/d-5174151/assalamualaikum-waalaikumsalam-arab-latin-dan-keutamaannya




Rabu, 05 Mei 2021

HIKMAH SAAT SAKIT

 “Janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan menghapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi.” (HR Muslim).  

Hikmah ketika kita sedang sakit diantaranya:

Pertama, sakit bisa menghindari kita dari siksa api neraka. Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dan api neraka.” (HR al-Bazzar)  

Kedua, sakit bisa menjadi penghapus dosa bagi kita. Seperti sabda Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Muslim, “Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya.” 

Ketiga, sakit bisa menjadi sumber kebaikan bagi seseorang jika dia bersabar. Hal tersebut sejalan dengan sebuah hadist dimana Rasulullah Saw bersabda:  “Sungguh semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika ia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya.” (HR Muslim)  

Keempat, sakit bisa membuat kita kembali mengingat Allah. Sebagaimana yang diketahui, kadang kita hanya ingat Allah di kala kesusahan dan diberi cobaan. Sementara saat diberikan kebahagiaan, kita mendadak lupa dengan Rabb semesta alam.  

Allah SWT telah berfirman: “Dan sesungguhnya kami telah mengutus (para Rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.” (QS al-An’am: 42)  

Kelima, sakit bisa membuat kita lebih optimis untuk bertahan hidup. Salah satu moral yang harus dimiliki oleh seorang mukmin ialah tidak boleh menyerah dengan sakitnya. Dia harus berusaha untuk sembuh dari penyakitnya, dia pun harus optimis dengan dirinya sampai Allah mengatakannya untuk berhenti.  


Hikmah lainnya:

Dalam hadist lainnya, Rasulullah bersabda

حَطَّ اللَّهُ لَهُ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

“Tidaklah seorang muslim tertimpa oleh suatu yang tidak menyenangkan, sakit atau yang lainnya, melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya. Dan dosanya akan berguguran sebagaimana pohon menggugurkan daunnya.”
 (Muttafaq ‘alaih)

1. Sakit itu dzikrullah
Mereka yang menderitanya akan lebih sering dan syahdu menyebut Asma ALLAH di banding ketika dalam sehatnya.

2. Sakit itu istighfar
Dosa-dosa akan mudah teringat, jika datang sakit,sehingga lisan terbimbing untuk mohon ampun.

3. Sakit itu tauhid
Bukankah saat sedang hebat rasa sakit,kalimat thoyyibat yang akan terus digetar?

4. Sakit itu muhasabah
Dia yang sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenungi diri dalam sepi,menghitung-hitung bekal kembali.

5. Sakit itu jihad
Dia yang sakit tak boleh menyerah kalah,di wajibkan terus berikhtiar,berjuang demi kesembuhannya.

6. Bahkan Sakit itu ilmu
Bukankah ketika sakit,dia akan memeriksa,berkonsultasi dan pada akhirnya merawat diri untuk berikutnya ada ilmu untuk tidak mudah kena sakit.

7. Sakit itu nasihat
Yang sakit mengingatkan si sehat untuk jaga diri,yang sehat hibur si sakit agar mau bersabar,ALLAH cinta dan sayang keduanya.

8. Sakit itu silaturrahim
Saat jenguk, bukankah keluarga yang jarang datang akhirnya datang membesuk,penuh senyum dan rindu mesra? Karena itu pula sakit adalah perekat ukhuwah.

9. Sakit itu gugur dosa
Barang haram tercelup di tubuh dilarutkan di dunia, anggota badan yang sakit dinyerikan danndi cuci-Nya.

10. Sakit itu mustajab doa
Imam As-Suyuthi keliling kota mencari orang sakit lalu minta didoakan oleh yang sakit.

11. Sakit itu salah satu keadaan yang menyulitkan syaitan,di ajak maksiat tak mampu tak mau,dosa lalu malah disesali kemudian diampuni.

12. Sakit itu membuat sedikit tertawa dan banyak menangis,satu sikap keinsyafan yang disukai Nabi dan para makhluk langit.

13. Sakit meningkatkan kualitas ibadah,rukuk-sujud lebih khusyuk,tasbih-istighfar lebih sering,tahiyyat-doa jadi lebih lama.

14. Sakit itu memperbaiki akhlak,kesombongan terkikis,sifat tamak di paksatunduk,pribadi dibiasakan santun,lembut dan tawadhu.

15. Dan pada akhirnya sakit membawa kita untuk selalu ingat mati,mengingat mati dan bersiap amal untuk menyambutnya,adalah pendongkrak derajat ketaqwaan.

Referensi:

https://www.republika.co.id/berita/q4na3y320/ingatlah-5-hikmah-sakit-menurut-sabda-rasulullah-sawhttps://www.kompasiana.com/liasundari/55976ea921afbd29115551d8/sakit-ujian-atau-teguran?page=all



 

AKM SEBAGAI SUPPORTING PEMBELAJARAN DI KELAS

PPT AKM silahkan download dari link berikut: https://docs.google.com/presentation/d/13r5kEj1kk5g-ljlmLS4blPQ2Tj_-n5na/edit?usp=sharing&o...