Paham bidirectionality
dalam relasi orang tua-anak yang berkembang di barat pada akhir tahun 60-an meyakini
bahwa orang tua maupun anak merupakan agen dalam proses pembentukan kualitas
relasi orang tua-anak. Akan tetapi, dalam paham ini perilaku baik anak tidak
dipandang sebagai suatu keharusan virtue untuk balas budi dan wujud terima
kasih kepada Tuhan. Anak adalah individu yang bertumbuh kembang secara alamiah
dalam suatu lingkungan dan hubungan bahkan menolak asumsi manusia sebagai hamba
Tuhan, sehingga tidak berkonsekuensi untuk berperilaku. Paham, tersebut hanya
menganggap bahwa relasi orangtua dan anak hanya sebatas rasa kemanusiaan (Nur I’
anah, 2017).
Berbeda dengan konsep
islam bahwa hubungan orangtua-anak merupakan Birr al-Walidain yaitu berbuat
baik dan berlapang dalam kebaikan (ihsan) kepada orang tua, dalam hal
perkataan, perbuatan dan niat. Perintah untuk birr al-walidain merupakan wujud
syukur dan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah merawat dari kecil
hingga dewasa. Bahkan kebaikan yang diberikan seorang anak selama kepada orang
tuanya, sebanyak apa pun, tidak akan bisa menyamai dan mengimbangi kebaikan,
kasih sayang dan kecintaan orang tua kepada anaknya (al-Jauzi, 1993). Dalam
Islam, Allah juga memerintahkan berbuat baik (ihsan) kepada kedua orang tua (Nur
I’ anah, 2017).
Ayat-ayat yang
menunjukkan tentang relasi orangtua-anak dalam islam (Darunnajah.com):
1.
QS al-Isra’ : 23
Artinya, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”
2. QS Luqman : 14
Artinya, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
3.
QS al-Mumtahanah : 8
Artinya, “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.”
4.
QS al-Baqarah : 83
Artinya, “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.”
5.
QS al-An’am : 151
Artinya, “Katakanlah, ‘Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]”. demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).”
6.
QS al-Isra’ : 24
Artinya, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
7.
QS Maryam : 14
Artinya, “Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.”
8.
QS al-Baqarah : 215
Artinya, “Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya.”
9.
QS al-Ahqaf : 15
Artinya, “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri.”
10. (QS al-Ahqaf : 17 – 18).
Artinya, “Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu
bapaknya: “Cis bagi kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku
bahwa aku akan dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku?
lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan:
“Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar”. lalu Dia
berkata: “Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka”. Mereka
itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama
umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang merugi.”
Berbuat baik kepada kedua orang tua
adalah dengan cara menggauli mereka dengan baik, merendahkan diri di hadapan
keduanya, melaksanakan perintah mereka, mendoakan mereka supaya diampuni
dosa-dosanya ketika masih hidup ataupun setelah meninggal dunia, menyambung
hubungan dengan orang-orang yang mereka kasihi, berbakti kepada keduanya,
menjaga keduanya, menghilangkan kesulitan keduanya, serta tidak bertindak kasar
terhadap keduanya. Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abdullah,
dia berkata, “Saya bertanya kepada Nabi Saw., ‘Perbuatan apa yang paling
dicintai oleh Allah Azza wa Jalla?’
Beliau menjawab, ‘Shalat pada
waktunya.’ Dia bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Dia
bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Jihad
fi sabilillah. Al-Qurthubi berkata, “Beliau Rasulullah Saw. memberitahukan bahwa
berbakti kepada kedua orang tua adalah perbuatan yang paling utama setelah
shalat, yang merupakan tiang penyangga terbesar dalam Islam. Beliau Rasulullah Saw. juga
menggunakan kata sambung ‘kemudian’ yang memberikan faidah berurutan.”.
Terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar