Kamis, 18 Februari 2021

PUASA MENAHAN BERBICARA

“Zakaria berkata, ‘Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.’ Tuhan berfirman, ‘Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat’.” Qs. Maryam:10


“Maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini’.” Qs. Maryam: 16


“Sesudah amarah Musa menjadi reda (sakata), lalu diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya. Qs. Al-Anfal: 154


Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Barang siapa banyak bicara maka akan bertambah banyak kesalahannya, orang yang banyak kesalahannya rasa malu dan harga dirinya (wara) sedikit, dan barang siapa yang sedikit wara-nya maka akan masuk neraka.”


Salah satu ciri puasa khawas al-khawash (sangat khusus) ialah berpuasa bicara, yang di dalam bahasa tasawuf disebut al-Sukut dan al-Shumt. Dalam kamus bahasa Arab dua kata tersebut bermakna sama. Kata al-shumt digunakan di dalam hadis dan kata-kata hikmah, seperti Man shamata naja (barang siapa yang diam maka akan aman) dan Al-shumt hukmun (Diam itu hikmah). Beberapa istilah lain juga digunakan di dalam hadis, seperti Man ‘arafa Allah kalla lisanuh (Barang siapa yang memahami Allah maka kelu lidahnya), maksudnya amat membatasi diri bicara kepada orang lain dan ia lebih banyak berbicara atau berkomunikasi kepada Tuhannya. Apa pun istilahnya, intinya berpuasa atau menahan diri untuk tidak banyak berkata atau tidak berbicara dengan orang lain, termasuk di sini tidak berkomunikasi visual atau online dengan menggunakan alat komunikasi modern, seperti e-mail atau SMS. Membatasi diri bicara hanya untuk hal-hal yang sangat penting saja saat seseorang berpuasa maka inilah yang dimaksud salah satu dari puasa khawash al-khawash. Semakin sedikit berbicara semakin berpeluang ia meraih martabat puasa khawash al-khawash


Ada beberapa manfaat dari puasa berbicara untuk memaksimalkan kemampuan menulis.
  1. Menghindari ungkapan yang keluar dari kata-kata tidak tepat. 
  2. Menjadikan berbicara lebih bermanfaat. 
  3. Mendorong untuk menuliskan kata-kata dalam bentuk tulisan. 
  4. Mengurangi dosa. Hal ini menjadikan hidup lebih tenang dan damai. 
  5. Membiasakan berfikir lebih dahulu daripada berbicara baru berfikir. 

Beberapa tips mungkin bermanfaat bagi kita yang ingin berpuasa bicara dan memaksimalkan dalam menulis. 
  1. Niat untuk puasa bicara yang tidak baik.
  2. Selalu menyediakan kertas kecil dan pulpen kemana pergi, kalau ini tidak lupa. Hal ini bermanfaat untuk mencatat kejadian, ungkapan, atau ide.
  3. Menuliskan dalam catatan di hp.
  4. Mempunyai sebuah pengingat ketika hendak berbicara yang tidak baik. Saya sering diingatkan oleh lalat yang menyukai tempat yang kotor dan menjijikkan. Dan juga oleh dedaun yang mengeluarkan oksigen kala kita memberi Co2.

Referensi
https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/gaya-sufi/na8457/puasa-bicara-alsukut-wa-alshumt-1

https://www.kompasiana.com/sangpemenangpembelajar/55003949a333115c7351023f/puasa-berbicara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AKM SEBAGAI SUPPORTING PEMBELAJARAN DI KELAS

PPT AKM silahkan download dari link berikut: https://docs.google.com/presentation/d/13r5kEj1kk5g-ljlmLS4blPQ2Tj_-n5na/edit?usp=sharing&o...